Kebebasan yang Bukan Anarki
Manusia lahir, tumbuh, dan berkembang dikelilingi oleh aturan. Entah itu aturan dalam agama, keluarga, lingkungan, negara, bahkan aturan yang diciptakan dirinya sendiri. Setiap tempat di sudut bumi pun pasti punya aturan walaupun sebebas-bebasnya tempat tersebut pasti ada aturan yang mengatur kebebasan tersebut. Bukan hanya di Bumi, seluruh planet pun jika bisa ditinggali oleh makhluk hidup pasti muncul aturan. Ada aturan baru yang memang dibuat sesuai dengan permasalahan dan keadaan pada zaman tersebut, ada juga aturan yang memang sudah turun temurun ada dan dipercaya serta dijalankan. Tapi apa kita pernah mempertanyakan kenapa aturan tersebut dibuat, kenapa aturan tersebut harus dijalankan, atau kenapa aturan itu masih bertahan sampai sekarang. Padahal bisa saja ketika aturan tersebut dibuat pada zaman dan kejadian saat itu dan masih dipertahankan sampai nanti yang bisa jadi sudah tidak relevan lagi dijalankan ketika zaman dan kejadian yang terjadi di masa mendatang. Apakah memang manusianya yang malas untuk berpikir dan melihat keadaan sekitar untuk menciptakan aturan baru atau memang mereka tidak punya keberanian untuk melakukan suatu perubahan untuk hal-hal yang sebenarnya mereka merasakan bahwa itu sudah tidak relevan lagi untuk dijalankan sehingga mereka nurut-nurut saja bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya. Berbeda cerita jika memang aturan itu sudah benar dan masih sangat relevan untuk dijalankan maka sudah sepatutnya kita harus terus mentaatinya.
Aturan dibuat untuk dijalankan, jika benar. Tidak semua manusia akan menjalankan aturan tersebut, pasti ada yang melanggar entah sengaja atau tidak. Namun, apa orang yang melanggar aturan adalah orang yang suka kebebasan ? Apakah orang yang suka kebebasan sudah pasti anarki ? Tentu tidak. Ada beberapa orang yang memang melanggar aturan karena mereka punya dasar kenapa mereka melakukan hal tersebut, dan memang ada juga orang yang sengaja melanggar aturan karena keegoisannya yang tidak mau kalah seakan dia lah yang paling benar dengan segala alasan yang seolah dibuat sebagai pembenaran. Orang-orang yang suka kebebasan belum tentu anarki, banyak orang yang selalu berpandangan jika ada seseorang yang tidak setuju saja padahal hanya pada satu aturan saja langsung dicap anarki dan seolah orang tersebut akan selalu protes dengan aturan lainnya.
Contoh sederhana adalah aturan tentang rambut untuk laki-laki. Dari TK sampai kuliah pasti kita akan menemukan aturan bahwa laki-laki itu harus berambut pendek tidak menyentuh alis, kuping dan leher. Apa kalian pernah berpikir kenapa aturan itu ada, persoalan rambut apa negatifnya ? Dari segi mengganggu orang lain tidak ada, dari segi kesehatan bagi orang tersebut juga tidak akan terganggu. Apa agar terlihat rapih ? Sebenarnya definisi rapih itu apa ? Berambut pendek, berbaju kerah, berdasi, bercelana bahan, itu mungkin aturan rapih bagi orang kantoran. Apa dari kecil kita sudah dididik untuk menjadi orang kantoran, padahal sudah banyak guru-guru yang selalu menyuarakan untuk berbisnis, membuka lapangan kerja sendiri, membuat karya yang sebenarnya tidak ada aturan dalam hal tersebut. Rambut adalah suatu hal yang melekat pada diri kita dan itu milik kita sudah sepatutnya hak kita untuk melakukan apa saja yang menjadi keinginan kita.
Beda halnya dengan aturan tentang larangan merokok, mungkin kalian boleh bilang bahwa itu bisa saja menjadi hak kita untuk mau merokok atau tidak tapi merokok itu mengganggu kesehatan orang di sekitar kalian dengan menghirup asap yang keluar dari mulut atau hidung kalian belum lagi apabila kalian membuang puntungnya sembarangan yang bisa menyebabkan kebakaran lahan, kekotoran lingkungan, bahkan bisa saja terjadi banjir. Kalian ingin bilang "tapi kan jika kesehatan Saya milik Saya" oke kesehatan kalian milik kalian, tapi kesehatan yang terganggu bisa mempercepat kematian sehingga bisa saja angka kematian negara kita akan bertambah yang nantinya bisa menghambat negara ini untuk menjadi negara maju. Untuk hal merokok Saya sendiri masih sering melanggarnya dan Saya selalu akui bahwa Saya salah, mau mencari dasar serta alasan bagaimana pun itu akan tetap salah, jadi Saya minta maaf.
Bukankah seharusnya semakin dewasa seseorang semakin sedikit aturan yang harus dibuat untuk orang tersebut, karena sudah sewajarnya mereka mengetahui batasan-batasan apa saja yang harus mereka lakukan. Tapi sulit rasanya, sebab kedewasaan bukan ditentukan dengan usia melainkan dengan sikap. Orang yang menyukai kebebasan belum tentu anarki, asalkan mereka punya dasar serta alasan yang jelas terhadap apa yang mereka lakukan. Bisa saja orang yang kontra dengan satu aturan justru peduli dengan aturan lain yang seringkali diselewengkan oleh banyak orang yang setuju-setuju saja dengan semua aturan tapi nol besar dalam melaksanakannya.
Sulit memang terpikirkan hal-hal seperti ini, Saya sendiri tidak bisa memaksakan untuk menuntut orang-orang memakai pikiran Saya, jika Saya melakukan hal tersebut maka kesalahan yang Saya lakukan. Coba memaksakan ego untuk hal yang Saya inginkan dan belum tentu disetujui oleh orang-orang, coba berpikir paradoks memang sungguh dilema. Tapi pemikiran-pemikiran seperti ini bisa saja berbahaya apabila dicerna oleh orang-orang yang memang anarki.
Biarlah ini menajdi pemikiran hiburan agar tidak terjadi kekacauan jika teralalu besar disuarakan. Sebab saya masih setuju dengan pepatah yang mengatakan "Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung".
Intinya, aturan dibuat dengan tujuan positif agar semua menjadi tertata dengan baik. Tidak ada satu pun aturan yang dibuat dengan latar belakang dan tujuan yang negatif. Akan tetapi, tetap ada batasan-batasan dalam membuat aturan sehingga jangan sampai aturan tersebut membatasi hak setiap manusia.
BalasHapusYa, lalu seharusnya untuk lingkup manusia yang sudah dibilang dewasa seharusnya tidak perlu menuliskan aturan-aturan yang memang tidak perlu lagi ditulis sebab seharusnya jika manusia itu sudah benar dewasa mereka akan tau tentang batasan-batasan. Terima kasih atas tanggapannya
Hapus